Jakarta – JISc (Jakarta Islamic School), the first integrated international Islamic school, menjawab perkembangan zaman melalui pendidikan dengan menyelenggarakan Debat Presiden versi bahasa Inggris yang kedua pada 12 April 2019. Debat Presiden ini sebagai ajang untuk meningkatkan kualitas softskill murid tingkat SMP dan SMA dalam keberanian, public speaking dan berbahasa Inggris. Selain juga bertujuan untuk menguji pemahaman pengetahuan secara akademis melalui materi yang diperdebatkan.
Debat Presiden versi bahasa Inggris yang kedua diselenggarakan di JISc Hall Lt 3, Jalan Manunggal 1 No 17 Komplek Kodam, Jakarta Timur, dari pukul 08.00-selesai. Materi yang diperdebatkan, yaitu terkait ilmu pengetahuan dalam bidang politik yang akan mengusung tema: Energy, Food, Infrastructure, Natural Resources, Environtment, Law, Politics, Economy, Social Issues, Education and Culture.
Kini, JISc memang sudah berbeda dari 15 tahun lalu. Dulu, JISc hanya berupa restoran tua yang disewa untuk dibuat sekolahan. Banyak orang menghina. Banyak juga yang penasaran. Akhirnya mamanya Galuh orang pertama yang bayar DP 5,5 juta. Lalu diikuti yang lain. Ada 77 orang dan salah satunya orang tuanya Nabila PG. Dan sekelas sama Syifa, anakku. Sekelas 16 anak. Waktu itu kelas baru di display satu saja. Tembok berwarna ungu. Meja kursi ungu dan putih.
Berawal dari modal nekad tapi sungguh-sungguh. Yang penting jangan bohongi orang. Rezeki Allah yang atur. Lalu semua anak harus disayang kayak anak sendiri. Semua guru diajarin dan harus terjun langsung. Mereka pakai bahasa Inggris yang modulnya dibuat sendiri. Alhasil, Syifa masuk sekolah di Australia nggak pakai test dan tak ada kelas persamaan. Sedangkan Nabila juga diterima kerja di Washington DC sebagai wartawan VOA. Jadi wartawan kan juga karena bahasa Inggrisnya dari kecil di JISc.
Dalam acara Debat Presiden ini, jadi teringat banyak murid JISc yang sudah sukses dan tersebar di luar negeri. Beberapa di antaranya, yaitu:
1. Di Paris ada Hazhem dan Raynandi
2. Di Jerman ada Bardan dan Irfan
3. Di Inggris ada Mustafa, Icha, Lia dan Kemal
4. Di Belanda ada Jilly dan Adam
5. Di Amerika ada Arya dan Nabila
6. Di Saudi ada Sodiq
7. Di Australia ada Syifa dan Ismail (Ismail sekolah pilot di Royal Aviation Perth, satu-satunya orang Indonesia)
8. Malaysia ada Ibrahim dan lain-lain
9. Di Turki ada Aldo dan Egy
10. Di Japan ada Syaiful
11. Di Mesir ada Shaima dan Khaidar
Memang betul dasar agama, thinking skills dan bahasa Inggris serta leadership skills itu bikin anak-anak ketika sudah dewasa jadi hebat-hebat dan mandiri tapi tetap beragama. Semuanya anak-anak produk kandang kebo. Ah, kalau orang tahu, owner JISc miskin nggak apa-apa yang penting kaya semangat dan kaya hati. Dahulu miskin, mana mampu beli gedung. Satu gedung tuh 10 Milyar. Apalagi di Jakarta, tanahnya satu meter 7 sampai 14 juta. Apalagi di Kalimalang bawah jalan Tol. Beuh satu meter bisa 15 juta nggak boleh ditawar.
Jadi wajar dulu sekolah cuma mampu bikin di restoran tua. Baru 6 bulan dah diusir sama yang punya. Meja kursi dikeluarin. Tapi alhamdulillah Allah kasih rezeki sedikit demi sedikit. Prinsipnya jangan menipu dan semua harus karena Allah. Jangan bisnis, jangan cari uang, jangan jahat sama orang.
Pelan-pelan sekolah ini mulai memiliki gedung sendiri. Sekarang ada total 11 gedung di beberapa cabang. Bahkan beberapa murid lulusan JISc juga tersebar di perguruan tinggi negeri di Indonesia. Seperti Fathan di UI, Iyan di UI, Khubab di ITB, Nandya di IPB, Aufa di UI, Hany di Unpad (sudah jadi dokter 3,5 tahun). Semuanya anak-anak yang belajar di kelas bekas restoran tua. Lalu pindah ke Curug bekas bengkel yang dicat orange. Kondisi kelas yang sebelahnya penjara sehingga malingnya suka memanggil, ada kandang kelinci hingga dinding kelas gypsum yang dicat warna ungu.
Kelas yang diubah dari TK jadi SD yang bapaknya Hanin tanya, “Sebetulnya kelas anak saya di mana? Besok saya mau lihat.” Langsung deh diubah-ubah dan setelah bapaknya Hanin pulang kelas kembali jadi ruang SD untuk dipakai beramai-ramai. Ah, kalian tuh lahir dari pendidikan tanpa fasilitas tapi dari tangan-tangan pendidik yang berkualitas. Kalian dididik dan dibesarkan dengan hati. Selamat untuk semua anak. Nanti kita reunian ya. Reunian anak-anak produk kandang kebo. Dulu sempat sedih dan sakit hati sekolah kecilku dibilang, ‘Sekolahan kayak kandang kebo!’
Bisa berbangga dengan kondisi JISc saat ini. Jangan tanya anak kita sekarang tapi lihatlah mereka di masa yang akan datang. Inshaa Allah, bila yakin, JISc ada karena Allah menghendaki.
Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri. (HR. Bukhari)
oleh: Fifi. P. Jubilea (Principal of JISc, JIBBS, and JIGSc)