Putriku (17 years ) mengirim sms ketika aku tiba di airport .
“Mobilku nabrak, mommy bisa pulang sendiri? Aku gak bisa jemput karena harus urus ke kepolisian, lalu urus asuransi lalu buat surat gugatan, lalu ke bengkel dan sore ini aku harus ke rumah guruku untuk kembalikan buku yang aku pinjam “.
Tapi ummi jangan khawatir, lanjut putriku (17 years) di sms karena aku sudah panggilkan taxi uber dengan model mobil yang unik jadi umi bisa foto-foto, sudah aku bayarkan juga pakai westbank card ku. tapi nanti ummi tolong bantu aku isikan saja kartuku kalau habis akhir bulan, semuanya aku urus sendiri .
Ummi juga gak usah khawatir, mesin cuci sudah aku benerin, lampu depan sudah aku ganti, aku sudah panggil plumber buat benerin WC yang tersumbat di granny flat dan aku akan penuhi undangan tetangga depan rumah acara barbeque ( rumah baru mereka), aku ajak kawanku dan umi di rumah saja .
Oh ya, gak usah masak, karena aku sudah bikin sandwich dan masih ada sisa pasta di kulkas cukup buat dua hari , have fun saja dengan teman teman umi yaa ..
Mandirinya anakku, terlalu mandiri, di satu sisi aku bangga, karena tadi pagi aku dapat kiriman artikel dengan tajuk ( Jangan minta KBRI jemput anak kita, tentang anak yang sekolah di luar negeri yang tidak mandiri karena orangtua terlalu memanjakan ).
Tapi di sisi lain, aku merasa bahwa ini berbahaya, karena dia tidak perlu orangtua, tidak perlu pendapat orangtua juga tidak ada mekanisme musyawarah, dengar pendapat atau juga terlalu percaya diri sehingga, lupa akan kodratnya sebagai wanita, sebagai anak. Karena aku melihat lama lama dia tidak perlu orangtua lagi sebab semua urusan; DONE !
Terlalu tidak bisa apa-apa juga tidak bagus, terlalu bisa apa-apa pun juga merisaukan .
Intinya anak manja gak bagus, anak terlalu mandiri juga bahaya .
” … Kadang-kadang burung itu perlu dipatahkan sayapnya agar tidak terbang terlalu tinggi , sehingga menembus awan yg mungkin akan menenggelamkan dan menjatuhkannya .,💦
By ; Fifi P Jubilea ( JISc / JIBBS / JIGSc Principal )@ Jakarta Islamic School.